Selasa, 10 April 2012

Naskah Pidato


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dewan juri yang saya hormati, serta rekan-rekan yang berbahagia
Pada kesempatan ini, izinkanlah saya menyampaikan tausiyah dengan judul “PENTINGNYA PERSATUAN DAN KESATUAN”
Hadirin yang saya hormati.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai suatu perkara, yang pada mulanya terkesan kecil, lemah, ringkih, dan tiada daya
Akan tetapi, karena bermodalkan persatuan, perkara tadi, bisa menjelma menjadi besar, kuat, kokoh dan dahsyat luar biasa
  • ü  Apalah arti seekor semut? Dia kecil, dia  kurus, dia lemah, dia ringkih dan tidak berdaya. Tapi begitu semut bersatu !!! luar biasa, bangkai belalang yang 100 X lebih besar, bisa diangkat bersama-sama, betul apa betul para hadirin.... ?
  • ü  Apalah arti sebatang lidi ?   Dia kecil, dia  kurus, dia lemah, dia ringkih dan tidak berdaya. Tapi begitu lidi bersatu !!! luar biasa, halaman luas yang kotor bisa menjadi bersih dan indah di pandang mata.
  • ü  Apa arti sebuah batu bata ?   Dia kecil, dia  kurus, dia lemah, dia ringkih dan tidak berguna. Tapi begitu dia bersatu dengan pasir, semen, gamping, dan besi  !!! luar biasa, bangunan berlantai lima bisa  berdiri dengan begitu perkasa
Ringkas kata, sungguh luar biasa, kekuatan persatuan dan kesatuan dalam segala aspek kehidupan. Permasalahannya sekarang, bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan terbentang luas wilayahnya. Kita memiliki banyak pulau, banyak suku, banyak budaya dan adat istiadat yang beraneka ragam. Rakyat Indonesia juga memeluk agama yang berbeda satu sama yang lainnya. Maka, “persatuan dan kesatuan”  adalah mutlak dibutuhkan, guna meraih keberhasilan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.
Kita harus tetap berpegang teguh pada “BHINEKA TUNGGAL IKA”, berbeda-beda tetapi tetap satu jua yaitu bangsa Indonesia.
Untuk itulah,   -      Ambon....! ayo kita bersatu !
-          Maluku.... ! ayo kita bersatu !
-          Madura....! ayo kita bersatu !
-          Batak .....! ayo kita bersatu !
-          Bugis ..... ! ayo kita bersatu !
Seluruh rakyat Indonesia ....! ayo kita bersatu !     Ingat, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh !
Hadirin yang saya hormati.
Allah SWT telah berfirman dalam Al Qur’an surat Ali Imron ayat 103 :

واَعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا
Artinya : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada agama Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai.
Hadirin yang saya hormati.
Sebagai penutup tausiyah ini, marilah kita berdo’a kepada Alloh SWT, semoga kita bangsa Indonesia bisa bersatu, hingga akhirnya negara kita bisa menjadi bangsa yang Baldatun Toyyibun Wa Robbun Ghofuur ...!      Amiin   3 X   Ya Robbal Alamin....!
Buah duku buah manggis,
Dicuci dulu baru dimakan
Jatah waktu sudah habis
Tausiyah saya cukup sekian
Akhirul kalam, walloohul muwafiq ilaa aqwamithoriq
Wassalamu’alaikum  Wr.  Wb.

Kamis, 22 Maret 2012

Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelegtual

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan, pendidikan, dan ekonomi merupakan tiga pilar utama penentu
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Laporan United Nations
Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa pada tahun 2004,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menduduki peringkat 111
dari 177 negara, lebih rendah dibandingkan dengan peringkat IPM negara-
negara di Asia Tenggara. Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk (Dinkes, 2009).
Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi pada setiap orang berbeda-
beda berdasarkan unsur metabolik dan genetikanya masing-masing
(Supariasa, 2002). Keseimbangan zat gizi yang tidak terpenuhi dalam jangka
waktu lama dapat membuat seseorang mempunyai status gizi yang buruk
(severe malnutrition).
Menurut Sediaoetama (2000), anak sekolah atau masa kanak-kanak
pertengahan merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau agar
ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Anak sekolah adalah anak yang berusia 6-
12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibandingkan balita atau anak usia
prasekolah, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung
dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra.
Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan
dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 1992). Kelompok anak sekolah pada
umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita.
Meskipun demikian, masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang
tidak memuaskan, misalnya: berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,
defisiensi vitamin C, dan di daerah-daerah tertentu juga dijumpai defisiensi
Iodium (Sediaoetama, 2000).
Tiga faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung,
yaitu: anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak
mendapat asupan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit
infeksi (Dinkes, 2009).
Pada usia 7 tahun, seorang anak memasuki tahap operasional konkret,
karena pada saat ini anak sudah mulai dapat berpikir lebih logis daripada
tahap sebelumnya (praoperasional) sehingga telah dapat menggunakan logika
untuk memecahkan masalah secara konkret (Papalia et al., 2008). Proses
pematangan otak tidak terhenti pada usia 10 tahun, namun berlanjut hingga
usia remaja, bahkan sampai usia 20 tahun (Giedd, 2002 cit. Spano, 2002).
Pada usia 10 tahun, berat otak anak sudah mencapai 95% berat otak dewasa
(Soetjiningsih, 1995).
Salah satu cara untuk menilai perkembangan anak pada masa kanak-
kanak pertengahan (6-12 tahun) ini adalah dengan tes intelegensi individual

(tes IQ) (Soetjiningsih, 1995). Intelegensi didefinisikan sebagai bentuk
kemampuan seseorang dalam memperoleh pengetahuan (mempelajari dan
memahami), mengaplikasikan pengetahuan (memecahkan masalah), serta
berfikir abstrak. Sedangkan Intelligence Quotient atau IQ adalah skor yang
diperoleh dari tes intelegensi. Kecerdasan ini diatur oleh bagian korteks otak
yang dapat memberikan kemampuan untuk berhitung, beranalogi,
berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi (Boeree, 2003).
Tinggi rendahnya tingkat inteligensi anak dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu: (1) faktor genetik; (2) faktor gizi; dan (3) faktor lingkungan
(Boeree, 2003).
Skor tes IQ yang diambil pada masa kanak-kanak pertengahan
merupakan prediktor prestasi sekolah yang cukup bagus, terutama bagi anak
dengan tingkat verbal yang tinggi, dan skor yang dihasilkan jauh lebih dapat
diandalkan dibanding skor yang didapat pada masa prasekolah (Papalia et al.,
2008).
Beberapa faktor lingkungan yang mempunyai efek positif terhadap
kecerdasan anak antara lain: hubungan orang tua dan anak, tingkat pendidikan
ibu, dan riwayat sosial-budaya (Wibowo, et al., 1995). Mc Wayne (2004)
menjelaskan bahwa anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang
rendah mempunyai risiko tertundanya perkembangan kognitif lebih tinggi
dibandingkan anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa faktor gizi sangat esensial
bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan hal-hal lainnya. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan
tingkat kecerdasan intelektual (IQ) pada anak usia sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual
(IQ) pada anak usia sekolah dasar?
2. Selain status gizi, apakah tingkat pendidikan ibu dan status sosial-ekonomi
orang tua juga berhubungan dengan tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
anak?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) pada anak usia sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui hubungan faktor lain (tingkat pendidikan ibu dan status
sosial-ekonomi orang tua) dengan tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
anak.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempunyai hubungan paling kuat dengan
tingkat kecerdasan intelektual (IQ) anak.

D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai pengaruh status gizi terhadap tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
pada anak usia sekolah dasar serta memberikan gambaran riil tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual anak.
2. Aspek Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para orang
tua akan pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi dan pemantauan status
gizi yang mendukung kecerdasan anak. Bagi pihak sekolah sebagai
fasilitator pendidikan, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam mengambil kebijakan sekolah yang berhubungan dengan upaya
peningkatan kecerdasan siswa. Bagi praktisi kesehatan, penelitian ini dapat
menjadi bahan rujukan dalam usaha perbaikan pelayanan gizi demi
menunjang perkembangan kecerdasan anak.

Selasa, 13 Maret 2012

Metodologi Penelitian


A.    Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) Classroom Action Research (CAR), karena tindakan dilakukan melalui perlakuan siklus pembelajaran khusus, yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahap perencanaan penelitian tindakan kelas minimal dilaksanakan dua siklus dan tiap siklus minimal dilaksanakan dua kali pertemuan sehingga PTK sedikitnya dilaksanakan empat kali pertemuan. Perencanaan  Penelitian tindakan kelas ini hanya membahas satu pokok bahasan/satu standart kompetensi yaitu meningkatkan keimanan kepada Allah melalui sifat-sifatnya dalam Asmaul Husna dengan menerapkan pendekatan model pembelajaran berbasis aktifitas.
B.     Latar dan Subjek penelitian
1.      Tempat Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri, khususnya Kelas X-A
2.      Waktu Penelitian
Waktu  penelitian ini dilakukan pada semester II 2011/2012, lama penelitian kurang lebih satu bulan dimulai dari tanggal 09 Januari sampai 09 Februari 2012, penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena penelitian tindakan kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
3.      Jumlah Siswa
Jumlah siswa kelas X-A adalah 39 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.
4.      Karakteristik Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa kelas X-A, kebanyakan kurang aktif dalam forum dan sering tidak mengemukakan argumen-argumen terkait materi yang diajarkan serta kurang kritis dalam menghadapi suatu persoalan atau permasalahan
C.      Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri pada tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna pada siswa Kelas X. Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua tatap muka (pertemuan).
Proses Penelitian Tindakan
Pada Refleksi awal, Kelas X semester II dalam mengikuti materi Aqidah Akhlak sangat pasif, siswa hanya mendengar dan menyimak, bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktif?
1.      Perencanaan Penelitian
Meliputi penyampaian materi Aqidah Akhlak khususnya sifat-sifat Allah dalam 10 Asmaul Husna dengan alokasi waktu 2 x 45 menit setiap kali tatap muka (pertemuan), melakukan  latihan dengan mengadakan tanya jawab, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan memberikan motivasi kepada siswa.
Kegiatan ini mencakup seluruh kegiatan belajar mengajar melalui pendekatan model pembelajaran berbasis aktifitas dengan menggunakan media yang ada dikelas dan memberikan tugas untuk dipresentasikan. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan tindakan ini secara garis besar sesuai dengan bagan diatas, yaitu :
a)      Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi/pengamatan dan refleksi akhir.
b)      Siklus II (sama dengan siklus I)
3.      Pengamatan tindakan (Observasi)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
a)      Keaktifan siswa dalam diskusi
b)      Banyaknya siswa yang bertanya
c)      Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
d)     Memberikan pendapat/respon dalam diskusi
4. Refleksi hasil penelitian
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :
1)      Sebanyak > 75% siswa dapat memahami materi sifat-sifat Allah dalam 10 Asmaul Husna
2)      Ketuntasan belajar tercapai jika 80 % siswa mendapat nilai > 75
3)      Untuk kriteria keaktifan siswa mendapat nilai cukup, dilihat dari hasil penilaian instrument.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.      Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
2.      Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas X dan guru - guru Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri.
3.      Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.