Kamis, 22 Maret 2012

Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelegtual

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan, pendidikan, dan ekonomi merupakan tiga pilar utama penentu
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Laporan United Nations
Development Programme (UNDP) menunjukkan bahwa pada tahun 2004,
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menduduki peringkat 111
dari 177 negara, lebih rendah dibandingkan dengan peringkat IPM negara-
negara di Asia Tenggara. Rendahnya IPM di Indonesia sangat dipengaruhi
oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk (Dinkes, 2009).
Gizi yang baik adalah gizi yang seimbang, artinya asupan zat gizi harus
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kebutuhan nutrisi pada setiap orang berbeda-
beda berdasarkan unsur metabolik dan genetikanya masing-masing
(Supariasa, 2002). Keseimbangan zat gizi yang tidak terpenuhi dalam jangka
waktu lama dapat membuat seseorang mempunyai status gizi yang buruk
(severe malnutrition).
Menurut Sediaoetama (2000), anak sekolah atau masa kanak-kanak
pertengahan merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
ketidakcukupan gizi, sehingga anak sekolah harus dipantau agar
ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Anak sekolah adalah anak yang berusia 6-
12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibandingkan balita atau anak usia
prasekolah, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung
dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan putri lebih cepat daripada putra.
Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan
dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 1992). Kelompok anak sekolah pada
umumnya mempunyai kondisi gizi yang lebih baik daripada kelompok balita.
Meskipun demikian, masih terdapat berbagai kondisi gizi anak sekolah yang
tidak memuaskan, misalnya: berat badan yang kurang, anemia defisiensi Fe,
defisiensi vitamin C, dan di daerah-daerah tertentu juga dijumpai defisiensi
Iodium (Sediaoetama, 2000).
Tiga faktor yang mempengaruhi kejadian gizi buruk secara langsung,
yaitu: anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak
mendapat asupan gizi yang memadai dan anak mungkin menderita penyakit
infeksi (Dinkes, 2009).
Pada usia 7 tahun, seorang anak memasuki tahap operasional konkret,
karena pada saat ini anak sudah mulai dapat berpikir lebih logis daripada
tahap sebelumnya (praoperasional) sehingga telah dapat menggunakan logika
untuk memecahkan masalah secara konkret (Papalia et al., 2008). Proses
pematangan otak tidak terhenti pada usia 10 tahun, namun berlanjut hingga
usia remaja, bahkan sampai usia 20 tahun (Giedd, 2002 cit. Spano, 2002).
Pada usia 10 tahun, berat otak anak sudah mencapai 95% berat otak dewasa
(Soetjiningsih, 1995).
Salah satu cara untuk menilai perkembangan anak pada masa kanak-
kanak pertengahan (6-12 tahun) ini adalah dengan tes intelegensi individual

(tes IQ) (Soetjiningsih, 1995). Intelegensi didefinisikan sebagai bentuk
kemampuan seseorang dalam memperoleh pengetahuan (mempelajari dan
memahami), mengaplikasikan pengetahuan (memecahkan masalah), serta
berfikir abstrak. Sedangkan Intelligence Quotient atau IQ adalah skor yang
diperoleh dari tes intelegensi. Kecerdasan ini diatur oleh bagian korteks otak
yang dapat memberikan kemampuan untuk berhitung, beranalogi,
berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi (Boeree, 2003).
Tinggi rendahnya tingkat inteligensi anak dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Secara garis besar, faktor-faktor tersebut dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu: (1) faktor genetik; (2) faktor gizi; dan (3) faktor lingkungan
(Boeree, 2003).
Skor tes IQ yang diambil pada masa kanak-kanak pertengahan
merupakan prediktor prestasi sekolah yang cukup bagus, terutama bagi anak
dengan tingkat verbal yang tinggi, dan skor yang dihasilkan jauh lebih dapat
diandalkan dibanding skor yang didapat pada masa prasekolah (Papalia et al.,
2008).
Beberapa faktor lingkungan yang mempunyai efek positif terhadap
kecerdasan anak antara lain: hubungan orang tua dan anak, tingkat pendidikan
ibu, dan riwayat sosial-budaya (Wibowo, et al., 1995). Mc Wayne (2004)
menjelaskan bahwa anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang
rendah mempunyai risiko tertundanya perkembangan kognitif lebih tinggi
dibandingkan anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa faktor gizi sangat esensial
bagi pertumbuhan dan perkembangan otak. Keseimbangan antara asupan dan
kebutuhan zat gizi sangat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan,
kecerdasan, kesehatan, aktivitas anak, dan hal-hal lainnya. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan
tingkat kecerdasan intelektual (IQ) pada anak usia sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual
(IQ) pada anak usia sekolah dasar?
2. Selain status gizi, apakah tingkat pendidikan ibu dan status sosial-ekonomi
orang tua juga berhubungan dengan tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
anak?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dengan tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) pada anak usia sekolah dasar.
2. Untuk mengetahui hubungan faktor lain (tingkat pendidikan ibu dan status
sosial-ekonomi orang tua) dengan tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
anak.
3. Untuk mengetahui faktor yang mempunyai hubungan paling kuat dengan
tingkat kecerdasan intelektual (IQ) anak.

D. Manfaat Penelitian
1. Aspek Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai pengaruh status gizi terhadap tingkat kecerdasan intelektual (IQ)
pada anak usia sekolah dasar serta memberikan gambaran riil tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual anak.
2. Aspek Aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para orang
tua akan pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi dan pemantauan status
gizi yang mendukung kecerdasan anak. Bagi pihak sekolah sebagai
fasilitator pendidikan, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam mengambil kebijakan sekolah yang berhubungan dengan upaya
peningkatan kecerdasan siswa. Bagi praktisi kesehatan, penelitian ini dapat
menjadi bahan rujukan dalam usaha perbaikan pelayanan gizi demi
menunjang perkembangan kecerdasan anak.

Selasa, 13 Maret 2012

Metodologi Penelitian


A.    Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK) Classroom Action Research (CAR), karena tindakan dilakukan melalui perlakuan siklus pembelajaran khusus, yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tahap perencanaan penelitian tindakan kelas minimal dilaksanakan dua siklus dan tiap siklus minimal dilaksanakan dua kali pertemuan sehingga PTK sedikitnya dilaksanakan empat kali pertemuan. Perencanaan  Penelitian tindakan kelas ini hanya membahas satu pokok bahasan/satu standart kompetensi yaitu meningkatkan keimanan kepada Allah melalui sifat-sifatnya dalam Asmaul Husna dengan menerapkan pendekatan model pembelajaran berbasis aktifitas.
B.     Latar dan Subjek penelitian
1.      Tempat Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri, khususnya Kelas X-A
2.      Waktu Penelitian
Waktu  penelitian ini dilakukan pada semester II 2011/2012, lama penelitian kurang lebih satu bulan dimulai dari tanggal 09 Januari sampai 09 Februari 2012, penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena penelitian tindakan kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik, sedangkan subjek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
3.      Jumlah Siswa
Jumlah siswa kelas X-A adalah 39 siswa terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.
4.      Karakteristik Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa kelas X-A, kebanyakan kurang aktif dalam forum dan sering tidak mengemukakan argumen-argumen terkait materi yang diajarkan serta kurang kritis dalam menghadapi suatu persoalan atau permasalahan
C.      Prosedur Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri pada tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna pada siswa Kelas X. Penelitian ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua tatap muka (pertemuan).
Proses Penelitian Tindakan
Pada Refleksi awal, Kelas X semester II dalam mengikuti materi Aqidah Akhlak sangat pasif, siswa hanya mendengar dan menyimak, bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktif?
1.      Perencanaan Penelitian
Meliputi penyampaian materi Aqidah Akhlak khususnya sifat-sifat Allah dalam 10 Asmaul Husna dengan alokasi waktu 2 x 45 menit setiap kali tatap muka (pertemuan), melakukan  latihan dengan mengadakan tanya jawab, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan dan memberikan motivasi kepada siswa.
Kegiatan ini mencakup seluruh kegiatan belajar mengajar melalui pendekatan model pembelajaran berbasis aktifitas dengan menggunakan media yang ada dikelas dan memberikan tugas untuk dipresentasikan. Untuk lebih jelasnya pelaksanaan tindakan ini secara garis besar sesuai dengan bagan diatas, yaitu :
a)      Siklus I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan, tindakan, observasi/pengamatan dan refleksi akhir.
b)      Siklus II (sama dengan siklus I)
3.      Pengamatan tindakan (Observasi)
Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
a)      Keaktifan siswa dalam diskusi
b)      Banyaknya siswa yang bertanya
c)      Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
d)     Memberikan pendapat/respon dalam diskusi
4. Refleksi hasil penelitian
Pada kegiatan akhir tiap siklus perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :
1)      Sebanyak > 75% siswa dapat memahami materi sifat-sifat Allah dalam 10 Asmaul Husna
2)      Ketuntasan belajar tercapai jika 80 % siswa mendapat nilai > 75
3)      Untuk kriteria keaktifan siswa mendapat nilai cukup, dilihat dari hasil penilaian instrument.
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:
1.      Observasi
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
2.      Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas X dan guru - guru Kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri.
3.      Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Penelitian Tindakan Kelas

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa banyak siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri bersikap pasif ketika berlangsung pembelajaran dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai. Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar mengajar semenarik mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi aqidah akhlak.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity) diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang aqidah akhlak melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas, maka dalam penelitian ini peneliti dapat merumuskan beberapa focus penelitian sebagai berikut :
  1. Apakah pendekatan berbasis aktivitas dapat menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna pada siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri kelas X pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 ?
  2. Bagaimana dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri Kelas X pada semester II tahun pelajaran 2011/2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
  1. Tingkat Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna pada siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri Kelas X pada semester II tahun pelajaran 2011/2012.
  2. Tingkat dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran bidang aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna pada siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri Kelas X pada semester II tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
  1. Secara teoritis, penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran aqidah akhlak khususnya pada pokok bahasan sifat-sifat Allah dalam Asmaul Husna pada siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri Kelas X pada semester II tahun pelajaran 2011/2012.
  2. Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a)      Guru Madrasah
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang aqidah akhlak pada siswa kelas X semester II Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Kediri melalui implementasi strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas, dan pada Madrasah Aliyah umumnya.
b)      Siswa Madrasah
Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas khususnya materi Aqidah Akhlak
c)      Lembaga Madrasah
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
D. Definisi Operasional
1.   Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata latin "movere" yang artinya bergerak.  Adapun pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain: menurut Teaven dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku dengan memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas. Artinya motivasi dengan intensitas yang cukup akan memberikan arah kepada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan secara terus menerus (Djalali, 2001).
Berdasarkan dari  pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar aqidah akhlak adalah suatu kekuatan (Power), tenaga (Forces), serta daya (Energy), atau suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex State) dan kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri individu untuk bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai semua aspek dalam bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri individu (Instrinsik) dan dari luar diri individu (Ekstrinsik)
2.  Pengertian Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata jamak "Alkhuluku" atau "Al-khalku" yang bermakna "kejadian". Kedua kata tersebut berasal dari kata "Khalaka" yang mempunyai arti "menjadikan". Dari kata "Khalaka" inilah timbul bermacam­macam kata seperti : Al- khulku yang mempunyai makna "budi pekerti", Al­Khalik bermakna "Tuhan Pencipta Alam".
Pada dasarnya perbuatan manusia ada yang baik dan ada buruk. Perbuatan yang baik disebut dengan akhlak yang baik dan identik dengan sifat para Nabi dan orang - orang shiddiq, sedangkan perbuatan yang buruk disebut dengan akhlak tereela atau buruk. Maka pada hakikafiya akhlak ada dua, yaitu akhlak yang baik atau terpuji (Al -Akhlaaqul Mahmuudah) dan akhlak yang buruk atau tercela (Al -Akhlaaqul Madzmuumah).
3.      Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001) Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1)      Kegiatan Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaea, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2)      Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3)      Kegiatan Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran yang diajarkan.
4)      Kegiatan Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5)      Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6)      Kegiatan Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7)      Kegiatan mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan - hubungan dan membuat keputusan.
8)      Kegiatan Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat, berani, tcnang, dan lain- lain.
9)      Berpikir. Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10)  Mengingat. Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.