Rabu, 02 November 2011

Makalah Ar Razi

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia sebagai hamba Allah adalah satu-satunya makhluk yang paling istimewa diantara semua makhluk-Nya yang lain. Disamping dikaruniai akal dan pikiran, manusia ternyata adalah makhluk yang penuh dengan misteri dan rahasia-rahsia yang menarik untuk dikaji. Misteri itu justru sengaja dibuat Allah Swt. agar manusia memiliki rasa antusias yang tinggi untuk menguak dan mendalami keberadaan dirinya sebagai ciptaan Allah, untuk kemudian mengenali siapa pencipta-Nya.

Dalam kaitanya dengan hal tersebut, ada seorang filosof yang sangat mendewakan akal dalam menghadapi setiap kehidupan yang ada di hadapannya, dia mendewakan akal secara berlebihan. Jika dia dikatakan seorang muslim maka dia bukanlah seorang muslim yang sempurna disebabkan ketidakpercayaannya kepada wahyu dan kenabian. Akan tetapi ia dikenal sebagai seorang rasional murni dan sangat mempercayai akal, bebas dari prasangka serta terlalu berani dalam mengeluarkan gagasan filosofinya. Dia dikenal dengan nama “Ar Razi”.

Untuk itu, makalah ini secara sistematis akan membahas tentang Ar Razi yang sangat mendewakan akal dan tidak percaya kepada wahyu serta kenabian, untuk memfokuskan pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Siapakah Ar Razi sebenarnya itu ?,

2. Apa saja pokok – pokok pikiran ar razi tentang filsafatnya ?

3. Bagaimana pemikiran ar razi tentang kenabian ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Rozi

Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibn Zakaria ibn Yahya Al-Rozi lahir di Rayy, suatu kota di Teheran, pada tanggal 1 sya’ban 251 H/ 856 M. Pada masa mudanya ia menjadi tukang intan, penukar uang atau mungkin sebagai pemain kecapi. Awalnya ia meniggalkan musik untuk belajar al-kimia kemudian ketika berumur 30, ia meninggalkan al-kimia, karena matanya terserang penyakit akibat eksperimen yang di lakukannya. Itulah yang menyebabkan ia mencari dokter dan obat-obatan bahkan ia mempelajari ilmu kedokteran. Ia belajar ilmu kedokteran belajar dari ‘Ali ibn Rabban Al-Thabari, beliau adalah seorang dokter sekaligus filosof.

Al-Rozi pernah menjabat sebagai direktur rumah sakit di kota kelahirannya (rayy). Kemudian juga direktur rumah sakit di bagdad. Ia terkenal di barat dengan nama Rhazes dan buku-bukunya tentang kedokteran. Karanganya yang terkenal “tentang cacar dan campak” yang di terjemahakan dalam berbagai bahasa di Eropa. Sepulangnya dari bagdad, ia kembali ke Rayy dan di sana ia mempunyai banyak murid. Sebagai mana yang di tuturkan al-Nadim dalam fihrist, bahwa al-rozi kemudian menjadi syekh “dengan kepala besar menyerupai karung” yang di kelilingi oleh banyak murid.

Selain sebagai ahli dalam ilmu kedokteran Al-Razi memiliki cara berfikir dan pendapat yang berlainan dengan filusuf-filusuf Islam lainnya, dan perbedaaan yang paling ekstrim yang dimiliki Al-Razi adalah tidak mengakui adanya wahyu dan adanya nabi. Dengan tidak mengakui sumber-sumber pengetahuan lain seperti wahyu dan adanya nabi maka tidak heran kalau karya-karyanya lebih banyak mendapat kecaman dari pada dipelajari oleh filusuf-filusuf islam yang lain

Al-Rozi adalah orang yang murah hati, sayang pada pasien-pasiennya, dermawan pada orang miskin, karena itu ia memberikan pengobatan dengan sepenuhnya tanpa meminta bayaran sedikitpun. Jika tidak bersama paisen atau muridnya, ia selalu menghabiskan waktunya untuk menulis dan belajar,. Mungkin ini yang menyebabkan penglihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya ia menjadi buta. Ada yang mengatakan bahwa sebab kebutaanya ialah karena banyak makan buncis (Baqilah). Penyakitnya bermula pada rabun dan akirnya menjadi buta sama sekali. Ia pun menolak untuk di obati, dan mengatakan bahwa pengobatan itu akan sia-sia belaka, karena sebentar lagi ia akan meninggal dunia. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia pada tanggal 5 sya’ban 313 H/ 27 oktober 925 M.

B. Pokok – pokok pikiran Ar razi

-Metafisika
Ajaran Filsafat al Razi dikenal dengan istilah ajaran lima yang kekal , Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya “filsafat dan mistikisme dalam islam” menjelaskan tentang lima ajaran kekal tersebut, antara lain
:

1) Allah ( al-Bari ta’ala) Tuhan pencipta yang maha tinggi dan maha sempurna.
Allahlah yang menciptakan dan mengatur seluruh Alam, Allah menciptakan Alam bukan dari tiada, tetapi dari sesuatu yang telah ada, karena itu alam semestinya tidak kekal sekalipun materi pertama kekal sebab penciptaan disini dalam arti disusun dari bahan yang telah ada. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaan tuhan,

1. Paham yang mengatakan alam semesta ini ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya,

2. Alam semesta ini berasal dari sel yang merupakan inti,

3. Alam semesta ini ada yang menciptakannya

Tuhan, karena kebijakan tuhan itu maha sempurna. Keidaksengajaan tidak dapat di sifatkan kepada-Nya. Kehidupan berasal darinya sebagaimana sinar datang dari matahari. Ia mempunyai kepandaian senpurna dan murni. Tuhan mencitkan sesuatu, tiada bisa menandingi-Nya, dan tak sesuatupun yang dapat menolak kehendaknya

2) Roh (An-Nafsul kuliyyah )

Roh atau jiwa adalah merupakan sumber kekal yang kedua, hanya saja ia tidak seMaha dengan Tuhan, karena ia terbatas dan tentu saja dengan keterbatasannya itu membutuhkan Tuhan. Hal itu terlihat ketika jiwa, tertarik dengan materi pertama yang juga kekal. Untuk memenuhi hal itu, Tuhan membantu jiwa dengan membentuk alam ini (termasuk manusia) melalui materi pertama dengan susunan yang kuat, sehingga jiwa dapat mencari kesenangan didalamnya. sekaligus melengkapinya dengan akal agar ia tidak memperturutkan hawa nafsu

3) Materi ( Al-Hayulal Ula)

Materi merupakan apa yang bisa ditangkap dengan panca indra tentang benda, ia adalah substansi yang kekal, terdiri dari atom-atom. Menurut Al-Rozi kemutlakan materi yang pertama terdiri atas atom-atom. Setiap atom mempunyai volume, kalau tidak, maka dengan pengumpulan atom-atom itu tidak dapat di bentuk. Bila dunia di hancurkan maka ia juga terpisah-pisah dalam bentuk atom-atom. Dengan demikian materi berasal dari kekekalan, karena tidak mungkin menyatakan bahwa sesuatu berasal dari ketiadaan. Apa yang lebih padat menjadi unsur bumi (tanah), apa yang renggang dari unsur bumi menjadi unsur air, apa yang lebih renggang lagi menjadi unsur udara, dan yang jauh lebih jarang lagi menjadi unsur

Al-Rozi memberikan dua bukti untuk memperkuat pendapatnya tentang kekekalan materi. Pertama, penciptaan adalah bukti; dengan demikian penciptaan itu mesti ada penciptanya. Apa yang telah di ciptakan itu ialah materi yang terbentuk. Tetapi, mengapa kita membuktikan bahwa pencita ada terlebih dahulu dari apa yang di cipta ? dan bukannya yang di ciptakan itu yang lebih dulu ada ? bila benar bahwa wujud tercipta (lebih tepat: di buat (masnu’)) di sesuatu dari kekuatan agen, maka kita dapat mengatakan, apabila agen ini kekal dan tak dapat di ubah dengan kehendak-Nya, maka yang menerima tindak kekuatan ini tentu kekal sebelum sebelum ia menerima tindak tersebut. Bukti kedua, berlandaskan ketidakmungkinan penciptaan dari ketiadaan. Penciptaan, katakanlah, yang membuat suatu dari ketiadaan, lebih mudah dari pada menyusunnya. Diciptakannya manusia oleh tuhan sekejab lebih mudah dari pada menyusun mereka dalam empat puluh tahun, Ini adalah premis pertama. Pencipta yang bijak tidak lebih menghendaki melaksanakan apa yang lebih jauh dari tujuan-Nya dari pada yang lebih dekat, kecuali apabila dia tidak mampu melakukan apa yang lebih mudah dan lebih dekat. Ini adalah premis kedua.

Kesimpulan dari premis-premis ini adalah bahwa keberadaan segala sesuatu pasti disebabkan oleh pencipta dunia lewat penciptaan dan bukan lewat penyusunan. Tetapi apa yan kita lihat erbukti sebaliknya. Segala sesuatu di dunia ini di hasilkan oleh susunan dan bukan oleh penciptaan. Bila demikian maka, ia tidak mampu menciptakan dari ketiadaan, dan dunia inni wujud melalui susunan sesuatu yang asalnya adalah materi.

4) Ruang (Al-Makanul Mutlaq)

Menurut al-Razi, ruang adalah tempat keberadaan materi, kalau materi dikatakan kekal maka dia membutuhkan ruang yang kekal pula. Menurut Ia ruang tu ada dua macam, yaitu: ruang universal atau mutlak, dan ruang tertentu atau relatif. Yang pertama tak terbatas, dan tidak bergantung kepada dunia dan segala yang ada di dalamnya. Kehampaan ada dalam ruang, dan karenanya, ia berada dalam materi. Sebagai bukti dari ketidakterbatasan ruang, al-iransyahri dan al-rozi mengatakan “bahwa wujud yang memerlukan ruang tidak dapat maujud tanpa adanya ruang, meski ruang bisa maujud tanpa adanya wujud tersebut. Ruang tak lain adalah tempat bagi wujud-wujud yang membutukan ruang. Yang berisi keduanya, yaitu wujud atau bukan wujud. Bila wujud, maka ia harus berada di dalam ruang, dan di luar wujud ini adalah ruang atau tiada ruang, maka ia adalah wujud dan terbatas. Bila bukan wujud, ia berarti ruang. Karenannya ruang itu tak terbatas ila orang berkata bahwa ruang mutlak ini tak terbatas, maka ini berarti bahwa batasannya adalah wujud. Karena setiap wujud itu terbatas, sedang setiap wujud berada di dalam ruang, maka ruang sebagaimanapun tak terbatas, yang tak terbatas itu adalah kekal, karenanya ruang itu kekal. Sedangkan ruang tertentu (relatif) adalah sebaliknya.

5) Waktu (Az-Zamanul Mutlaq)

Zaman, karena materi berubah-ubah keadaanya, dan perubahan menandakan zaman, maka zaman itu meski kekal pula kalau materi kekal. Zaman (waktu) merupakan substansi yang mengalir (jauhar yajri). Al-Rozi menentang mereka (aristoteles dan pengikutnya) yang berpendapat bahwa waktu adalah jumlah gerak benda, karena jika demikian maka tidak mungkin bagi dua benda yang bergerak dalam wakt yang sama dengan dua jumlah yang berbeda. Al-Rozi membagi waktu menjadi dua macam , yaitu; waktu mutlak dan waktu terbatas (mashur). Waktu mutlak adalah keberlangsungan (al-dhar), ia kekal dan bergerak. Sedang waktu terbatas adalah gerak lingkungan-lingkungan, matahari dan bintang-gemintang.Bila anda berfikir tentang gerak keberlangsunga,maka anda dapat membayangkan waktu mutlak dan ia itu kekal. Jika anda membayangkan gerak pola bumi, berarti anda membayangkan waktu terbatas

Al-Rozi membuat perbedaan antara zaman mutlak dan zaman terbatas aitu di antaranya (al-dahr, duration) dan (al-waqt, time).Yang pertama kekal dalam arti tidak bermula dan tak terakhir, dan yang kedua di sifati oleh angka. Dia juga mengatakan dalam kemaujudan lima hal tersebut dalah perlu: kesdaran bahwa materi terbentuk oleh susunan; ia berkaitang dengan ruang, karena itu harus ada ruang (tempat); pergantian bentuknya merupakan kekhasan waktu, karena ada yang dahulu dan ada yang sekarang, dan jarena waktumaka ada kekonoan dan ada kebaruan, adanya kelebihtuaan dan ad ayang kelebihmudaan; karenannya waktu itu perlu. Dalam kemaujudan terdapat kehidupan karena iru mesti ada ruh. Dan dalm hal ini; mesti ada yang di mengertidan hukum yang mengaturnya harus sepenuhnya sempurna; karena itu, dalam kenyataan ini harus ada pencipta yang bijaksana, mahatau, melakukan segala sesuatu sesempurna mungkin, dan memberikabn akal sebagai bekal mencari keselamatan.

Menurut al-Razi, dari lima yang kekal itu ada dua yang hidup, dan aktif atau bergerak yaitu Tuhan dan Jiwa atau Roh, satu darinya tidak hidup dan pasif yaitu materi, dan dua lagi yang tidak hidup, tidak bergerak dan tidak pula pasif yakni ruang dan waktu. Filsafat al-Razi sebenarnya diwarnai oleh doktrinnya tentang lima ajaran tentang kekekalan tersebut dan kelima hal inilah yang merupakan landasan ajaran Filsafat yang dibawa oleh al-Razi.

-Moral

Terkait dengan filsafat al-Razi tentang moral, dalam bukunya “al Thib al Ruhani dan al Sirah al Falsafiyyah” al-Razi memiliki pandangan bahwa moral harus berdasarkan petunjuk rasio. Dengan demikian hawa nafsu mesti diletakkan dibawah akal dan kendali agama, agar ia tidak melanggar larangan-larangan Agama. Berkaitan dengan jiwa, Al-Razi mengharuskan seorang dokter untuk mengetahui dan menguasai kedokteran jiwa, (al-Thibb al-Ruhani) dan kedokteran tubuh (al-Thibb al-Jasmani) secara bersamaan karena manusia membutuhkan hal itu secara bersama-sama pula. Hal ini menunjukkan bahwa antara keduanya memiliki korelasi yang segnifikan yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Al-Razi juga mengutuk akan cinta sebagai suatu keberlebihan dan ketundukan kepada hawa nafsu, cinta menjadikan seseorang lupa akan dirinya dan tidak bisa berpikir secara rasional.

-Kenabian

Al-Razi menyanggah anggapan bahwa untuk keteraturan kehidupan, manusia membutuhkan nabi serta wahyu yang diturunkan kepada manusia sebagai aturan serta pedoman dalam menselaraskan keterbatasan akal. Akal menurut al-Razi adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia, dengan akal manusia dapat memperoleh manfaat yang sebanyak-banyaknya bahkan dapat memperoleh pengetahuan tentang Tuhan, karena itu manusia tidak boleh menyia-nyiakan akal serta mengekang ruang gerak akal, akan tetapi memberi kebebasan sepenuhnya dalam segala hal. Dari pandangan tersebutlah yang menjadikan al-Razi tidak percaya kepada wahyu dan adanya Nabi seperti yang dijelaskan dalam kitabnya” Naqd al-Adyan au fi al-Nubuwwah” (Kritik terhadap agama-agama dan nabi). Al-Razi juga tidak hanya mengkritisi injil dan kitab suci lainnya, bahkan ia juga mengkritisi al-Qur’an berikut kemu’jizatannya.
Al-Razi adalah termasuk seorang Rasionalis murni, ia hanya mempercayai terhadap kekuatan akal dan menjadikan akal diatas segala-galanya
namun ia tetap bertuhan dan tidak percaya pada kekuatan wahyu dan adanya kenabian. Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui yang baik serta yang buruk, untuk tahu pada tuhan dan untuk mengatur hidup manusia di dunia ini. Berikut alasan-alasan pokok penolakan Al-Rozi.

Bantahan Al-Rozi terhadap kenabian dengan alasan sebagi berikut:

1. Bahwa akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang jahat, yang berguna dan yang tak berguna. Melalui akal manusia dapt mengetahui tuhan dan mengatur kehidupan kita sebaik-baiknya.

2. Tidak ada keistimewaan bagi beberapa orang untuk membimbing semua orang, sebab setiap orang lahir dengan kecerdasan yang sama, perbedaanya bukan hanyalah karena pembawaan alamiah, tetapi karena pengembangan dan pendidikan (eksperimen)

3. Para nabi saling bertentangan. Apabila berbicara atas nama satu tuhan mengapa implementasi mereka terhadap pertentangan?. Setelah menolak kenabian, kemudian al-rozi mengritik agama secara umum. Ia menjelaskan kontradiksi-kontradiksi kaum yahudi, kristen maupun majusi. Pengikatan manusia terhadap agama adalah karena meniru dan kebiasaan, kekuasaan ulama yang mengabdi negara dan manifestasi lahiriah agama, upacara-upacara dan peribadatan yang mempengaruhi yang sederhana serta dan naif.

Al-Rozi lebih suka terhadap buku-buku ilmiah daripada kitab suci, sebab buku-buku ilmiah lebih berguna bagi kehidupan manusia daripada kitab suci. Buku-buku kedokteran, astronomi, geometrid dan logika lebih berguna dari pada injil dan al-Qur’an. Penulis-penulis buku ilmiah ini telah menemukan kenyataan dan kebenaran melalui kecerdasan mereka sendiri tanpa bantuan nabi

Ilmu pengetahuan menurut ar razi itu berasal dari tiga sumber yaitu;

1. pemikiran yang di dasarkan pada logika,

2. tradisi dari para pendahulu kepada para pengganti yang didasarkan pada bukti yang meyakinkan dan akurat seperti dalam sejarah,

3. naluri yang menuntun manusia tanpa memerdulikan banyak pemikiran.

A. Mustofa dalam bukunya “filsafat Islam” menjelaskan bahwa Sehubungan dengan adannya penolakan terhadap wahyu dan kenabian serta tidak mengakui adanya semua agama, maka dia dipandang dari segi teologi Islam adalah belum muslim karena keimanan yang dipeluknya tidak konsekuen. Dan tidak juga dikatakan seoran atheis karena ia masih tetap menyakini akan adanya Tuhan yang maha kuasa dan pencipta dan ia lebih tepat disebut seorang “ Rasionalis murni”

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Al-Rozi adalah seorang filsuf yang di pandang sebagai pemikir yang tegar dan liberal di dalam islam, dan mungkin disepanjang sejarah pemikiran manusia. Ia adalah seorang rasionalis murni yang sangat mempercayai dengan kekuatan akal, bebas dari segala prasangka, dan sangat berani dalam mengemukakan gagasannya tanpa tedeng aling-aling.

Pokok – pokok pemikiran Ar Razi antara lain adalah tentang metafisika, moral, dan kenabian. Namun yang paling dikenal dari pemikiran Ar Razi adalah pokok pemikirannya tentang filsafat metafisika dan dikenal dengan pemikiran lima yang kekal, yaitu :

1. Allah ( al-Bari ta’ala) Tuhan pencipta yang maha tinggi dan maha sempurna.

2. Roh (An-Nafsul kuliyyah )

3. Materi ( Al-Hayulal Ula)

4. Ruang (Al-Makanul Mutlaq)

5. Waktu (Az-Zamanul Mutlaq)

Al-Razi memang mengakui akan adanya Tuhan namun tidak mengakui adanya wahyu serta nabi yang diutusnya, dan sebaliknya dia mempercayai kemajuan dan pemikiran manusia dan menjadikan akal sebagai tolak ukuran untuk menilai baik dan buruk, benar dan jahat, atau berguna dan tidak berguna.

DAFTAR PUSTAKA

1. HasyimSyah Nasution, Filsafat Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999
Mustofa,.H.Ahmad. Filsafat Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1997

2. Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam, Pengantar Filsafat pengetahuan Islam, Jakarta : UI Press, Cet ke 1, 1985

3. Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisme dalam islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993

4. Syarif,ed. Para Filusuf Islam. Bamdung: Mizan, 1996

Tidak ada komentar:

Posting Komentar